Pendidikan harus membekali siswa dengan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kehidupan dunia. Oleh karena itu,
pendidikan yang baik adalah pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat
dimana siswa itu hidup. Begitulah pendapat Ahmad Dahlan, dalam hal ini
sebenarnya ingin mengkritisi kaum
tradisionalis yang menjalankan model pendidikan yang diwarisi secara turun
temurun tanpa mencoba melihat relevansinya dengan perkembangan zaman.
Perkembangan zaman memang memepengaruhi jalannya proses
pendidikan, sebab dari tahun ke tahun pun Indonesia mengalami perubahan dalam
sistem pendidikan. Semisal pada tahun 1990-an ketika masa Orde Baru, pendidikan
merupakan salah satu hal yang penting. Pada tahun tersebut, banyak SD Inpres
yang bermunculan, sebuah SD dari pemerintah dengan biaya relatif murah.
Setelah
mengalami era reformasi, sistem pendidikan Indonesia mulai beralih, yang
awalnya sentralisasi menjadi disentralisasi. Hal ini berdasarkan pada keputusan
UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang diatur sesuai
dengan UU No.32 tahun 2004. Dalam konteksnya, sistem pendidikan benar-benar
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan hanya beberapa bagian saja yang
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Seperti penentuan kurikulum dan
standarisasi kelulusan. Sehingga hal ini akan memberi pengaruh besar dalam
dunia pendidikan. Karena sistem pendidikan jauh lebih maju dan kesejahteraan
para guru pun lebih diperhatikan.
Meskipun
begitu, nyatanya dulu saat era sebelum reformasi peningkatan pendidikan
diwajibkan dan berfokus pada pemeberantasan buta aksara maka pada saat setelah
reformasi ini arah pendidikan kurang beritu jelas. Sebab pemerintah
mencanangkan sekolah gratis, bantuan biaya sekolah, peningkatan fasilitas
sekolah yang diharapkan bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan. Para
guru diberi intensif yang lebih baik agar bisa meningkatkan kualitasnya
sehingga pendidikan bisa lebih baik. Tetapi yang terjadi, justru pendidikan
Indonesia mengalami penurunan kualitas dan pergeseran kualitas jika
dibandingkan dengan Malaysia.
Untuk
menanggulangi hal tersebut agar tidak berkelanjutan, maka diharapkan sebagai
calon pendidik maupun yang sudah menjadi pendidik mampu menerapkan :
- Pendidikan Berwawasan Global
Krisis
akan pendidikan diawali dari ekonomi, politik, dan sosial yang merupakan bukti
bahwa bangsa Indonesia sudah terseret dalam arus globalisasi. Pendidikan
memiliki keterkaitan dengan globalisasi yang dapat membawa pengaruh kepada
seluruh masyarakat.Jika para masyarakat meneliti dan memperhatikan akan
pendidikan, yang di didik, dan pendidik, akan banyak sekali permasalahan yang
muncul baik dari metode mengajar maupun sistemnya.
- Tantangan Pengembangan Pendidikan di Masa Depan
Pembangunan
dalam pengembangan pendidikan di Indonesia sangatlah penting karena telah
diakui bahwa pendidikan merupakan penggerak utama bagi pembangunan. Banyak
orang-orang hebat, jenius, cerdas, dan pintar sehingga mendapatkan suatu
pekerjaan sesuai dengan kemampuannya, disebabkan lebih mengutamakan dan
mendahulukan akan pentingnya pendidikan.
- Hasil Pendidikan Yang Utuh
Sesungguhnya
persoalan pendidikan dewasa ini bukannya semata kemampuan penguasaan materi
pelajaran siswa rendah sebagaimana ditunjukkan oleh NEM yang rendah, melainkan
juga terjadinya degradasi pendidikan. Artinya untuk melakukan pekerjaan yang
sama dewasa ini diperlukan latar belakang pendidikan yang lebih tinggi.
Kemajuan masyarakatlah yang menuntut kualifikasi pendidikan yang lebih tinggi.
Untuk itu, kualitas NEM ditingkatkan tetap saja akan terjadi problem pendidikan
dalam masyarakat. Sebab, hakekat persoalannya bukan di situ. Persoalan
pendidikan kita yang mendasar adalah bagaimana melakukan peningkatan mutu dalam
kerangan reformasi pendidikan sesuai dengan kebutuhan zamannya, yakni era
globalisasi dengan segala kecepatan perubahan yang terjadi di segala aspek kehidupan
manusia.
Sehingga dalam perjalanannya, pelaksanaan proses pendidikan harus efektif untuk menanamkan jiwa kebebasan, kemandirian, dan kewirausahaan. Dengan begitu anak-anak bangsa yang menjadi peserta didik bisa eksis dalam persaingan di masa datang berbekal keterampilan hidup (life skill) dan daya juang (adversity quotient) yang mumpuni. Kurikulum diarahkan untuk memberi pengalaman belajar yang seimbang yang meliputi aspek intektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ). Yang bertitik tekannya adalah membentuk karakter pembelajar agar anak bangsa yang menjadi peserta didik memiliki keinginan untuk belajar di sepanjang hayatnya. Tipe bangsa pembelajarlah yang bisa survive menghadapi persaingan global yang rivalitasnya bukan lagi di tataran negara vs negara atau kota vs kota. Tetapi, sudah di level individu vs individu. Tentunya semua itu harus, menjadi hajat kita bersama untuk memperjuangkan perbaikan dan pembangunan dunia pendidikan di negeri ini.
Dimuat di majalah Nusantara, edisi Juli 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar