Senin, 01 Juni 2015

ARTIKEL : NAPAK TILAS PENDIDIKAN ERA REFORMASI




Pendidikan harus membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kehidupan dunia. Oleh karena itu, pendidikan yang baik adalah pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dimana siswa itu hidup. Begitulah pendapat Ahmad Dahlan, dalam hal ini sebenarnya ingin mengkritisi  kaum tradisionalis yang menjalankan model pendidikan yang diwarisi secara turun temurun tanpa mencoba melihat relevansinya dengan perkembangan zaman.

Perkembangan zaman memang memepengaruhi jalannya proses pendidikan, sebab dari tahun ke tahun pun Indonesia mengalami perubahan dalam sistem pendidikan. Semisal pada tahun 1990-an ketika masa Orde Baru, pendidikan merupakan salah satu hal yang penting. Pada tahun tersebut, banyak SD Inpres yang bermunculan, sebuah SD dari pemerintah dengan biaya relatif murah.

Setelah mengalami era reformasi, sistem pendidikan Indonesia mulai beralih, yang awalnya sentralisasi menjadi disentralisasi. Hal ini berdasarkan pada keputusan UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang diatur sesuai dengan UU No.32 tahun 2004. Dalam konteksnya, sistem pendidikan benar-benar menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan hanya beberapa bagian saja yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Seperti penentuan kurikulum dan standarisasi kelulusan. Sehingga hal ini akan memberi pengaruh besar dalam dunia pendidikan. Karena sistem pendidikan jauh lebih maju dan kesejahteraan para guru pun lebih diperhatikan.

Meskipun begitu, nyatanya dulu saat era sebelum reformasi peningkatan pendidikan diwajibkan dan berfokus pada pemeberantasan buta aksara maka pada saat setelah reformasi ini arah pendidikan kurang beritu jelas. Sebab pemerintah mencanangkan sekolah gratis, bantuan biaya sekolah, peningkatan fasilitas sekolah yang diharapkan bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan. Para guru diberi intensif yang lebih baik agar bisa meningkatkan kualitasnya sehingga pendidikan bisa lebih baik. Tetapi yang terjadi, justru pendidikan Indonesia mengalami penurunan kualitas dan pergeseran kualitas jika dibandingkan dengan Malaysia.
     
Untuk menanggulangi hal tersebut agar tidak berkelanjutan, maka diharapkan sebagai calon pendidik maupun yang sudah menjadi pendidik mampu menerapkan :

  1. Pendidikan Berwawasan Global
            Krisis akan pendidikan diawali dari ekonomi, politik, dan sosial yang merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia sudah terseret dalam arus globalisasi. Pendidikan memiliki keterkaitan dengan globalisasi yang dapat membawa pengaruh kepada seluruh masyarakat.Jika para masyarakat meneliti dan memperhatikan akan pendidikan, yang di didik, dan pendidik, akan banyak sekali permasalahan yang muncul baik dari metode mengajar maupun sistemnya.

  1. Tantangan Pengembangan Pendidikan di Masa Depan
            Pembangunan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia sangatlah penting karena telah diakui bahwa pendidikan merupakan penggerak utama bagi pembangunan. Banyak orang-orang hebat, jenius, cerdas, dan pintar sehingga mendapatkan suatu pekerjaan sesuai dengan kemampuannya, disebabkan lebih mengutamakan dan mendahulukan akan pentingnya pendidikan.

  1. Hasil Pendidikan Yang Utuh

            Sesungguhnya persoalan pendidikan dewasa ini bukannya semata kemampuan penguasaan materi pelajaran siswa rendah sebagaimana ditunjukkan oleh NEM yang rendah, melainkan juga terjadinya degradasi pendidikan. Artinya untuk melakukan pekerjaan yang sama dewasa ini diperlukan latar belakang pendidikan yang lebih tinggi. Kemajuan masyarakatlah yang menuntut kualifikasi pendidikan yang lebih tinggi. Untuk itu, kualitas NEM ditingkatkan tetap saja akan terjadi problem pendidikan dalam masyarakat. Sebab, hakekat persoalannya bukan di situ. Persoalan pendidikan kita yang mendasar adalah bagaimana melakukan peningkatan mutu dalam kerangan reformasi pendidikan sesuai dengan kebutuhan zamannya, yakni era globalisasi dengan segala kecepatan perubahan yang terjadi di segala aspek kehidupan manusia.

Sehingga dalam perjalanannya, pelaksanaan proses pendidikan harus efektif untuk menanamkan jiwa kebebasan, kemandirian, dan kewirausahaan. Dengan begitu anak-anak bangsa yang menjadi peserta didik bisa eksis dalam persaingan di masa datang berbekal keterampilan hidup (life skill) dan daya juang (adversity quotient) yang mumpuni. Kurikulum diarahkan untuk memberi pengalaman belajar yang seimbang yang meliputi aspek intektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ). Yang bertitik tekannya adalah membentuk karakter pembelajar agar anak bangsa yang menjadi peserta didik memiliki keinginan untuk belajar di sepanjang hayatnya. Tipe bangsa pembelajarlah yang bisa survive menghadapi persaingan global yang rivalitasnya bukan lagi di tataran negara vs negara atau kota vs kota. Tetapi, sudah di level individu vs individu. Tentunya semua itu harus, menjadi hajat kita bersama untuk memperjuangkan perbaikan dan pembangunan dunia pendidikan di negeri ini.

Dimuat di majalah Nusantara, edisi Juli 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar