Jumat, 06 Mei 2016

Mahasiswa PAI, Penggerak Pendidikan Berakhlaq



 Foto saya bersama para pendidik lain saat menemani peserta didik lomba MTQ tingkat Kelurahan.

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat ( derajat ) orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” ( QS. Al-Mujadilah : 11 )
            Mengutip ayat al-Qur’an di atas, sebenarnya secara tidak langsung menyimpan perenungan bagi para penuntut ilmu. Terlebih untuk mahasiswa PAI, ayat ini seharusnya mampu memberi kesan dan pesan, bagaimana Allah mencintai orang yang menuntut ilmu. Apalagi perannya nanti menjadi pendidik, di mana pembelajarannya memuat peningkatan akhlaq dalam proses pendidikan. Tentu barang pasti kajian persoalan ilmu tidak bisa lepas begitu saja. Sebab kata pepatah, agama tanpa ilmu adalah buta, sementara ilmu tanpa agama itu tuli.

            Demi menggambarkan tema di atas, saya akan memulainya dengan beberapa pertanyaan. Bagaimana orang berilmu menerapkan ilmunya? Bagaimana orang berilmu membagi ilmunya dalam masyarakat? Bagaimana penyampaian ilmu tersebut, tepat sasaran atau tidak? Dan mungkin masih ada pertanyaan bagaimana-bagaimana lainnya.
         Berhubung tema ini lebih terkhusus membicarakan mahasiswa Pendidikan Agama Islam ( PAI ), harapannya akhir dari tulisan ini mampu memberi pesan bagi calon pendidik agama Islam. Bahwasannya, dalam diri nantinya berusaha mengembangkan pendidikan lebih mengarah pada akhlaq mulia. Sehingga mampu meminimalisir karakter anak yang kurang mencerminkan diri sebagai peserta didik.
            Kembali pada tema, pendidikan Indonesia sesuai pernyataan Ki Hajar Dewantoro, adalah bertujuan membentuk manusia yang merdeka lahir dan batin. Hal ini menjadi penekanan mahasiswa pendidik agama Islam yang ilmunya memuat lahir dan batin. Karena mengarungi kehidupan dunia juga mencari bekal kehidupan akhirat. Jika hal ini dilalaikan, maka proses pendidikan keagamaan tentulah seperti yang sudah-sudah, dalam artian tidak ada pembaharuan. Dan jika hal tersebut berkelanjutan, kita patut waspada dengan hasil mengenai pendidikan agama peserta didik. Mampu menjadikan berkhlaq karimah atau malah mazmumah? Point ini adalah yang menjadi topik pendting dibicarakan, bagaimana mahasiswa PAI sebagai calon pendidik mampu menciptakan pendidikan berakhlaq.
Terlebih era sekarang, pemerintah sedang gencar menaikkan penghargaan kepada para pendidik, baik guru maupun dosen. Tetapi, tak jarang hal ini dimanfaatkan pendidik secara tidak baik. Semisal menyuruh orang lain untuk menyelesaikan instrumen yang harus dikumpul pada pihak pengawas, contohnya RPP. Padahal lebih dari itu, sebagai pendidik harus memiliki jiwa yang tidak sekadar mendidik. Melainkan merefleksikan kata mendidik adalah suatu kewajiban, datangnya dari jiwa, dan memiliki muatan-muatan, baik input – proses – output. Dimana pendidik tanamkan dalam diri, bukan atas dasar keterpaksaan.
            Selain pemaparan di atas, saya hendak menekankan, pendidikan berakhlaq tentunya tercermin dari pendidik yang mengadobsi akhlaq pribadi dirinya dengan baik. Sebab dalam filosofi Jawa, pendidik atau biasa disebut guru adalah kependekan kata dari digugu ditiru. Dimana kata digugu bermakna agar peserta didika mendengarkan perintahnya, sementara ditiru adalah peserta didik meniru tingkah laku pendidiknya. Sehingga sangat jelas, pendidik dengan segala kemampuannya bisa menjadikan peserta didik itu bermacam-macam, tergantung dari sisi mana ia mengajarkan.
            Tulisan yang singkat ini mungkin membosankan bagi para manusia pembenci kata membaca. Tetapi initinya mahasiswa PAI, calon pendidik dengan kejelasan kewajiban untuk mengantarkan peserta didik berwawasan ilmu dan berakhlaq karimah. Sementara yang bukan mahasiswa PAI, pendidik itu diciptakan, dan penciptanya adalah kita sendiri. Karena mendidik adalah proses membagi ilmu dari diri pada orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar