Jumat, 06 Mei 2016

Tanah Surga Katanya

Mata kuliah media pembelajaran PAI, adalah mata kuliah di semester 4 khusus mahasiswa PAI UMY angkatan 2014. Kuliah ini memuat pembelajaran antara pengintegrasian ilmu keagamaan dan media teknologi informasi komunikasi. Salah satu tugasnya adalah mendiskripsikan film yang dapat dilihat dari perspektif pendidikan. Akhirnya saya memilih film "Tanah Surga Katanya" yang dirilis tahun 2012. Sebelum saya membicarakan perspektif tersebut, silahkan Anda sekalian menonton kembali bagi yang sudah, dan menikmati dengan khidmat bagi yang belum. Selamat terinspirasi :)



Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupimu
Tiada topan tiada badai kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu

Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Lagu koesplus di atas mungkin akan menjadi pengingat paling kuat jika ditanya, "apa yang paling diingat dari film tanah surga katanya?" Sebab dalam film tersebut, ketika salah seorang dokter yang biasa dipanggil dokter intel oleh masyarakat setempat menyuruh anak-anak kelas 3 dan 4 SD menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia. Tetapi, anak-anak tersebut menyanyikan lagu Kolam Susu. Jika sudah menonton pasti paham alurnya. Jadi, langsung saja saya akan mengajak anda sekalian mengarungi pesan pendidikan yang termuat dalam film tersebut.

Secara keseluruhan, film tanah surga katanya adalah film yang mengajarkan cinta terhadap tanah air, sekali pun berada di perbatasan wilayah Kalimantan Barat dan Malaysia, yakni Serawak. Namun sebagian besar mata pencaharian masyarakat yang bersumber dari wilayah Malaysia, membuat beberapa masyarakat berpindah kewarganegaraan. Termasuk ayah Salman yang mengajak keluarganya pindah. Hanya saja kakel Salman dan Salman sendiri menolak, karena mereka ingat bagaimana Malaysia menjajah Indonesia hingga terjadilah perjanjian Dwikora. Mereka lebih memilih tinggal di Indonesia, yang katanya tanah surga, meskipun belum merata.

Wilayah tersebut memiliki satu pendidik dan satu dokter yang mengabdikan diri untuk membangun pendidikan sekaligus kesehatan bagi masyarakat. Keduanya berjuang menyesuaikan keadaan, meskipun bertolak belakang dengan kehidupan kota. Sebab keduanya yakin, bahwasannya mengabdi membutuhkan kesabaran, jiwa pahlawan, ketelatenan, yang akan membawa niatan berujung kebaikan.

Tokoh Salman dalam film tersebut digambarkan sebagai murid yang pintar, patuh terhadap guru, dan hormat pada kakeknya. Karena satu-satunya teman hidup bagi Salman setelah kepergian ayah dan adiknya ke Malaysia adalah kakeknya. Dia begitu sabar merawat sakit kakeknya, kerja keras mengumpulkan uang demi pengobatan kakeknya, yang ketika ending film si kakek meninggal saat perjalanan menuju rumah sakit. Tetapi dia selalu mengingat pelbagai ajaran kakeknya mengenai cinta tanah air, bagaimana pun keadaan buruk tanah air, ikatan kewarganegaraan Indonesia tidak boleh dilepaskan. Hingga suatu ketika, sekolah Salman kedatangan tamu dari pihak pemerintah. Disitu Salman membacakan puisi hasil karyanya, berikut saya kutipkan beberapa baris puisinya.

Tiada topan tiada badai kau temui
katanya...
Tapi mengapa ayahku terbawa angin ke negeri seberang?
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Katanya...
Tapi kata kakekku,
Ada udang dibalik batu

Sekian gambaran perspektif pendidikan yang saya tangkap dari film tersebut. Intinya sudah jelas, tidak hanya pendidikan kewarganegaraan yang  mengajarkan tentang cinta tanah air, tetapi Islam pun demikian. Sudah dipaparkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 30 yang menyatakan manusia sebagai khalifah. Sehingga jika dikaitkan dengan film tanah surga katanya, ayat tersebut memberi pesan bahwa ketika hidup di mana pun, manusia hendaknya menjadi khalifah. Yang tidak hanya memimpin dirinya sendiri, tetapi memimpin apa yang ada di sekitarnya, termasuk memimpin diri untuk terus mencintai tanah kelahiran. Sebab perbatasan tidak selalu tertinggal, lebih dari itu mereka harus tahan dengan tempaan semangat nasionalisme agar tetap bertahan menjadi bagian warga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Terakhir, mengabdilah para pendidik, bukan hanya guru. Pendidik ialah yang mampu menyampaikan ilmunya pada orang lain, dan ilmu tersebut mampu tersampaikan dengan baik. Tentunya harus terdidik dulu sejak dini untuk mendidik di hari kelak. Selamat berjuang semua, mari tanamkan cinta terhadap tanah air :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar