Jumat, 29 April 2016

BERSATU DENGAN ALLAH




Judul Buku            Bersatu Dengan Allah
Penulis                  Agus Mustofa
Cetakan                 Pertama, Mei 2005
Penerbit                 P A D M A press
Tebal                     242 halaman
 
“ Begitulah keberadaan Tuhan terhadap makhluk-Nya. Tuhan ibarat air putih, sedangkan makhluk ibarat daun teh yang dicelupkan. Keduanya kini menjadi satu. Warna teh sudah larut ke dalam air putih, menjadi air teh yang berwarna kecoklat-coklatan.”
            Anggapan ini kadang disalah artikan, namun sejatinya makhluk memang tak munngkin berada di luar Allah. Tidak bisa tidak, makhluk mesti berasal dari Allah, berada di dalam-Nya dan bersatu dengan-Nya. Sehingga jangan sampai pembaca menganggap dirinya sederajat dengan Allah, karena sudah merasa bersatu dengan-Nya. Manusia dan Sang Pencipta, Tuhan itu ada, tetapi mereka yang percaya terbagi dalam empat tingkatan, percaya karena adanya doktrin, adanya logika dan rasio, merasa membutuhka kehadiran Tuhan dan orang-orang dengan kesimpulannya bahwa Tuhan yang ada di alam semesta benar-benar Yang Maha Satu. Sedangkan mereka, manusia tak percaya Tuhan disebabkan karena kesombongannya, kebodohan serta ketidakmampuananya, dan malas berfikir, sehingga tidak mau repot karenanya. Padahal kenyataannya, manusia butuh Tuhan, sebab mereka sudah memiliki naruli ketuhanan, tinggal bagaiman menyikapinya. Maka berinteraksilah bersama Tuhan untuk merasakan manfaatnya. BerTuhan kepada Dia yang tidak membutuhkan kita untuk membangun kepentingan-Nya, tapi justru Dia menjadi kebutuhan kita, serta menguntungkan untuk disembah dan dijadikan pusat dari segala orientasi kehidupan kita. Dia adalah Allah, resapilah makna QS. Al-Baqarah (2) : 132, yang intinya “Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.”

            Sering kali orang bertanya, harus kemanakah ia mencari Allah? Merenunglah, Allah itu meliputi segala Dzat yang ada serta ilmunya, jika Allah tidak hadir dalam Dzat tersebut, maka seluruh proses di tempat-tempat yang kita anggap kotor itu bakalan berhenti. Maka kenalilah Allah dari Al-Qur’an ke sains, sebab pendekatan ini tetap diperlukan untuk menguraikan simpul-simpul informasi yang ada di Al-Qur’an. Tanpa sains kita hanya memperoleh pokok-pokok informasi tanpa memperoleh kedalaman maknanya. Berupayalah mendekatinya, menyelamlah bahwa perasaan dekat dan jauh terhadap Allah dialami oleh Jiwa, sebab jiwa adalah sosok yang ditulari sifat-sifat Allah lewat keberadaan ruh di dalam wadag. Hal ini diperlukan, sebab mengartikan kedekatan Allah dengan manusia memiliki lima tingkatan, yakni meliputi, bersama, dekat disisi-Nya, dan berserah diri. Semua dapat dilakukan jika kita hanya meluruskan ‘wajah’ pada Allah tenpa perlu menoleh, serta ikuti dan pahami tatacara ibadah yang diajarkan Rasulullah SAW.
            Pendekatan diri seorang hamba kepada Tuhannya adalah sebuah proses tanpa henti menuju ‘Kualitas Tak Berhingga’, sehingga hal ini menjadikan kita untuk berinteraksi secara berulang-ulang kepada-Nya. Dengan penuh ketekunan dan penghayatan, agar selalu berusaha mengenal serta mempelajarinya. Jangan sampai cinta tak terbalas cinta, karena Allah telah memberikan kehendak dan cinta-Nya, diantara pergerakan kita dalam lingkaran cinta dan benci, rindu dan dendam, bahagia dan nestapa. Semua ini akan memicu hati semakin bertaut pada Allah SWT, sebab kita sudah melewati fase mencinta, yakni memberi bukan menuntut, lantas kasih sayang yaitu mengasihi dan menyayang. Pemberian bakal melimpahkan kesenangan dan kebahagiaan. Tuntutan menghasilkan rasa tertekan dengan segala persoalan. Berfikirlah!
            Cinta tak harus memiliki, cinta juga tidak harus bersama, begitu kata orang ketika tak mampu memiliki cintanya. Berbeda dengan cinta pada Allah, meski kita tak selalu bersamaNya, tapi kita merasa ada didekat-Nya. Oleh karenanya, dekatlah pada Tuhanmu, agar Dia semakin dekat padamu. Leburkan dirimu pada satu Dzat yang memang benar-benar mampu menyatu denganmu. Dialah sumber cahaya dan kita hanya salah satu cahaya dari milyaran pendaran cahaya yang terpancar dari Sang Pelita. Yakinlah bahwa Allah hanya satu tapi mampu bersama kita, semua kembali pada konsep La Ilaha Illallah.

1 komentar: