Rintik itu masih setia, ia serupa teman yang paling mengerti situasi. Sebab ia datang dari arah tak terduga, terkadang hadir di kala duka pun suka. Seperti rindu ini, menghampiri tiada bertanya kapan dipersilahkan masuk. Begitulah hidup, mana mungkin sesuatu bicara terlalu detil, sementara setiap peristiwa memiliki tingkat kerahasiaannya masing-masing.
Senada dengan detik ini, entah apa yang menjadikanku merindukan sesuatu. Tetapi, rindu kali ini adalah rindu paling nikmat. Karena Tuhan sedang membersamai rinduku. Bisa dibayangkan bukan? Jika Tuhan ada bersama rindumu, itu tandanya Dia akan memberi tanpa kau meminta. Terlebih Dia tidak serta merta memalingkan keadaan bila kau merasa ingin menjauh.
Baiklah, akan kujelaskan padamu tentang rindu ini. Rindu yang berbeda, yang hanya dirasakan bagi orang-orang yang lelah akan setumpuk tugas, bukan setumpuk amanah. Rindu itu tak melibatkan seseorang, tetapi jika sudah merindukan kau butuh seseorang untuk menjadi partner yang siap mengingatkanmu.
Sudah sekian lama aku berdiam diri dengan pena yang luka. Mungkin karena aku lebih mengurung diri, oh bukan, tepatnya mengurung waktu agak lebih mengajakku menikmati dinding-dinding kamar. Atau bisa jadi aku sedang bersembunyi dari godaan begal yang menyesatkan motor, sebab ia akan bertamsya entah ke mana jika tahu pemiliknya sudah lengah. Ah lupakan.
Rindu ini awalnya ketika teman-teman yang telah membersamai juangku bertanya bagaimana proses menulisku. Pertanyaan itu pun ibarat angin, berdesis semakin kencang untuk menghancurkan pohon. Ya, pohon yang sedang tumbuh, tapi entah ke mana melabuhkan tumbuhnya. Selain itu, pertanya tersebut bagaikan panah yang dilesatkan ke jantung hatiku. Hanya saja tidak membuat hatiku mencintai, namun membuat hatiku tergugah untuk menjawabnya. Sementara permulaan kedua lahir dari seorang lelaki yang hampir tiga sampai empat kali mengirimkan pemberitahun belajar menulis online melalui whatsapp sambil berkata, "kamu harus ikut, aku tunggu tulisanmu selanjutnya". Hah, memang lelaki tersebut jika menyuruhku melakukan sesuatu sedikit memaksa. Untung saja sesuatu yang dia inginkan adalah sesuatu yang bisa kukerjakan. Meskipun terkadang banyak sesuatu yang tidak sesuai dengan passionku. Tapi, ya sudahlah kita harus kembali fokus dengan rindu ini.
Perjalanan rindu pun dimulai di sini. Ketika semester lima adalah semester akut dengan kepusingan tidak wajar. Ketika dosen-dosen menetapkan beban pada waktu yang sama. Dan ketika waktu istirahat tergerogoti akibat tugas. Ah, aku mulai mabuk tampaknya. Iya, mabuk tugas!! Terlebih untuk diriku yang tidak bisa menyelesaikan sesutu dalam keadaan limited time. Sungguh akan terjadi remukan-remukan kesehatan.
Rindu itu sebenarnya simple. Rindu itu adalah rindu menulis, dan bukan menulis tugas kuliah yang berjajar seperti semut. Entah, sudah berapa lama aku pensiun dari menulis, pensiun pula dari membaca. Kecuali urusan kuliah, aku tidak pensiun menulis tugas dan tidak pensiun membaca buku-buku yang relevan untuk menyelesaikan tugas. Termasuk buku-buku mata pelajaran agama Islam, yang menjadikanku mabuk dalam menganilisisnya. Mabuk ketagihan tapi, sebab nantinya ketika menjadi guru pun aku harus menganalisis setiap materi sebelum diajarkan.
Bicara soal rindu menulis tampaknya seperti dendam yang harus dibayar tuntas, meminjam ungkapan Eka Kurniawan dalam judul cerpennya, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Dan pembayaran tersebut adalah dengan kembali membaca lantas menulis, terlebih puisi, karena sungguh terlalu hina jika aku harus berhenti menulis hanya karena tugas. Ayo bangunlah, selagi liburan datang. Sebab tidak hanya aku, tetapi orang lain pun telah menantiku untuk kembali ke jalur penulisan. Tak perlu harus terkota menulis A atau B, yang terpenting menulis lagi. Entah itu menulis sastra, sejarah atau pengetahuan. Asalkan dengan tulisan tersebut mampu menciptakan sejarah dan peradaban. Jangan sampai hidup sekali tanpa kontribusi. Apalagi hidup semasa muda, jangan sampai menjadi diri yang disibukkan dengan semacam kata nongkrong tanpa menghasilkan sesuatu yang berbeda dan bermanfaat. Selamat berjuang!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar