Selasa, 16 Januari 2018

Kontrak Belajar


Guru profesional adalah guru yang mampu mengajak muridnya mengikuti pembelajaran tanpa gelisah, menikmati pembelajaran tanpa membenci, dan menyudahi pembelajaran dengan harapan esok bertemu lagi dengan pembelajaran tersebut. 

Menurut prosesnya, menjadi guru profesional dimulai dari dalam hati si guru tersebut, hati yang harus diliputi dengan pemahaman bahwa pekerjaannya adalah ibadah, amanah dan rahmat. Akan tetapi, kenyataan yang hadir memang terkadang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kemudian, guru harus membuat kontrak belajar, kesepakatan antara diriya dan diri murid-murid untuk menjadwalkan proses belajar mengajar ingin berlangsung seperti apa dan bagaimana konsekuensinya. Kontrak belajar inilah yang akan mengantarkan proses pembelajaran lebih terarah dan terkondisikan, sehingga tujuan pembelajaran dapat terbaca dari awal. Biasanya, kontrak belajar diberikan saat permulaan pembelajaran, dengan cara musyawarah dan hasilnya disepakati bersama antara guru dan murid.

Isi dari kontrak belajar sangat bermacam ragam, tetapi secara umum ada lima indikator yang harus tercantum dalam kontrak belajar, yaitu; (1) pokok bahasan yang akan dipelajari; (2) kalender KBM; (3) sistem penilaian; (4) aturan belajar di kelas dan konsekuensinya jika melanggar; dan (5) motivasi. Pokok bahasan berguna untuk memberi gambaran kepada peserta didik tentang materi pembelajaran yang akan berlangsung selama satu semester, harapannya peserta didik dapat mempelajari terlebih dahulu tanpa harus diminta oleh guru. Kalender KBM sebagai acuan berapa kali melakukan pembelajaran, ujian, dan hal-hal yang mampu menjadi jadwal kapan selesainya materi diajarkan. Sistem penilaian merupakan tata aturan seorang guru memberikan penilaian kepada muridnya atas pembelajaran yang telah dilaksanakan. Aturan belajar di kelas dibutuhkan untuk mengatur jalannya pembelajaran agar berjalan efektif dan efisien, sehingga jika terjadi pelanggaran-pelanggaran dalam sistem aturan tersebut, baik guru atau pun murid dapat dikenai sanksi. Sementara motivasi merupakan kewajiban yang harus guru berikan untuk membentuk pikiran murid agar semangat belajar dan mengkondisikan hatinya untuk mencintai pembelajaran tersebut.

 Selain kontrak belajar, hal yang paling wajib dilakukan guru saat pertemuan pertama adalah membuat sesuatu yang berkesan bagi peserta didik untuk mengingatnya, dan menantikan kehadirannya untuk memberikan ilmu.

Sebelum saya mengakhiri tulisan singkat ini, saya akan mengutip beberapa bait dari puisi milik Kahlil Gibran tentang guru:

Barangsiapa mau menjadi guru,
biarkan dia memulai mengajar dirinya sendiri
sebelum mengajar orang lain,
dan biarkan dia mengajar dengan teladan sebelum mengajar dengan kata-kata.
Sebab mereka yang mengajar dirinya sendiri dengan membetulkan perbuatan-perbuatannya sendiri
lebih berhak atas penghormatan dan kemuliaan
daripada mereka yang hanya mengajar orang lain
dan membetulkan perbuatan-perbuatan orang lain.

Kamis, 04 Januari 2018

Abadku, Adabmu, Adab Kita

"Allah adalah sebaik-baik skenario yang menjadikan kita paham, bahwa tak ada jalan yang menyenangkan tanpa perjuangan."

Tepat hari Kamis, 4 Januari 2018, hari yang menurut saya masih tahun baru, dan saya merasakan nikmat tahun baru, yakni bekerja untuk ibadah, bekerja untuk amanah, dan bekerja sebagai rahmat. Hari ini saya resmi mengajar di salah satu SMA di daerah Prambanan, suatu pekerjaan yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya, tetapi harus saya kerjakan dengan sebaik-baiknya mulai saat ini. Karena saya tidak bekerja untuk diri saya, saya bekerja untuk orang lain, saya bekerja untuk mempertanggungjawabkan bagaimana hasil kerja saya nantinya. Lebih dari itu, saya bekerja untuk menuntun orang lain menjadi pribadi yang lebih beradab di kemudian hari.

Suasana SMA sangatlah berbeda dengan suasana SMP, SD, maupun TK. SMA adalah tempat bagi pendidik menghadapi peserta didik yang tengah menuju dewasa, mencari jati dirinya, dan penuh dengan labil jiwanya. Benar-benar tak hanya sekadar mengajar, tetapi juga melakukan pendidikan karakter, mengajarkan hal-hal yang sanggup menjadi pegangan peserta didik setelah lulus SMA. Tentu dalam hal ini seorang pendidik menginginkan kelak peserta didiknya dapat berprestasi lebih tinggi, dan bekerja lebih layak. Namun, apakah semua peserta didik berlatar belakang sama, berkepribadian sama, serta mudah diarahkan? Jawabannya, tidak. Setiap manusia memiliki sisinya masing-masing, hanya saja semua manusia memiliki potensi menjadi baik, siapa pun itu.

Saya, yang hari ini mengajar kelas XI SMA, berjumpa dengan banyak karakter peserta didik. Perjumpaan ini telah memberikan banyak warna, dan tentunya kerinduan saya saat masa SMK. Banyaknya karakter yang harus saya pahami dari mereka, tidak dengan mudah saya rumuskan dalam sehari bagaimana sepatutnya saya mendidik mereka. Saya memerlukan beberapa langkah dan tindakan, dan saya harus merancangnya dari sekarang. Banyak yang berucap sekolah tempat saya mengajar adalah sekolah bengkel, tetapi bagi saya semua sekolah adalah bengkel. Lalu saya memulainya dengan memberikan nasihat-nasihat ringan, seperti menjaga sholat, mengaji, dan berbuat kebaikan. Tak jarang beberapa membuat gaduh suasana pembelajaran, dan saya harus menuntun lagi untuk kembali fokus.

Tiga jam proses mengajar yang saya lakukan hari ini, tampaknya tidaklah mudah. Bukan masalah topik mengajarnya, melainkan berlaku sebagai guru dan teman yang disegani. Kenapa teman yang disegani? Karena, jika hanya teman saja, yang ada peserta didik akan meremehkan. Sementara jika hanya guru saja, peserta didik hanya akan menjadi budak aturan. Pendidik memanglah harus menjadi guru dan teman bagi peseeta didiknya, teman yang disegani, teman yang siap mendengarkan keluh kesahnya, juga teman yang bisa menjadi orangtua, yaitu menjadi guru.

Terlepas dari hal di atas, pendidik adalah kumpulan dari adab yang ia miliki. Sedangkan peserta didik merupakan reinkarnasi dari adab si guru. Maksudnya, dari adab seorang pendidiklah, peserta didik mampu mencontoh. Tetapi jika pendidik sendiri belum mampu memperbaiki adabnya, menyuruh peserta didik tanpa mengerjakan apa yang disuruhnya, maka segala nasihat tentang adab yang diberikan ke peserta didik akan sia-sia. Sebab sesuatu yang menyentuh hati ialah yang datang dari kesucian hati itu sendiri.

Kemudian, sebelum saya mengakhiri tulisan pendek ini, saya ingin menekankan pada pembaca, bahwa setiap manusia memiliki potensi berbuat baik, sesuai apa yang telah saya tulis sebelumnya. Jadi, sebagai pendidik taruhlah kepercayaan bahwa peserta didikmu adalah anak angkatmu yang bisa kau ajarkan kebaikan. Jika sesekali mereka berbuat salah, carilah solusi, ajaklah untuk memahami kehidupan, dan ajarkanlah adab melalui hatimu. Kelak peserta didikmu mengerti, jalan mana yang akan mereka pilih di saat kita memperlakukannya seperti darah daging yang kita lahirkan dari rahim terhangat kita. Dan untuk kalian yang merasa peserta didik, kalian pasti merasa bahwa kalian suatu wajtu meninggalkan pendidik kalian. Tetapi pendidik kalian tetap berdiri tegak di tempat yang sama, mendidik anak yang lain, lalu ditinggalkan lagi. Hal ini sudah sangat biasa, dan pendidikmu tetap tersenyum, ia sadar bahwa tugasnya adalah mengantarkan peserta didiknya terbang dan melihat peserta didiknya lebih layak sukses darinya atau setidaknya setara dengannya.




Rabu, 03 Januari 2018

Tentang Ingatan

Berhentilah menuliskan kisah, sayang. Sebab kau telah memutuskan memangkasku dari pandangmu yang teduh. Ketika seseorang telah lebih pandai mengajarkanmu perihal mengubur kenang. Namun jalanmu seolah patah, lumpuh. 

Berhentilah menuliskan kisah, sayang. Aku sudah terlalu pandai mengabadikan segala getir yang kau sembahkan. Meski kamu selalu bicara seolah kamu yang mengirimkan hatiku dalam tenang. Dan aku hanya memilih diam, bisu segala kata dan buta melihat kesakitan.

Berhentilah menuliskan kisah, sayang. Dengarkanlah kataku baik-baik, rentetan kalimat yang tiba-tiba memanggil ingatanmu. Sebuah pasal yang tertulis rapi dalam memori paling gersang. Dengarkan, aku tak akan mengulangi kedua kali, meski kau terus memintaku. 

Pasal pertama, tentang aku. Tak ada yang mustahil bagi diri menjelma senja. Gugusan jingga, memerah, memenjarakan layu. Jika kelak aku diajarkan senja menjadi melati yang terjaga, jingganya yang mengajarkanmu untuk meratapi masa. Seperti daun yang tergugur, namun sebenarnya harus digugurkan dan berlalu. 

Pasal kedua, tentang kamu. Manusia malam peraba sepi yang luka. Tidakkah geram debarku melihat angkuhmu? Sementara dunia menggelarkan jutaan manusia dengan segala macam rasa. 

Pasal ketiga, tentang kita. Mari usaikan. Lupakan untuk bertanya mengapa. Sebab senja adalah perjalanan, lalu kemudian ia tersadarkan. Malam mana yang sanggup memanggil istirahatnya dengan irama. Dan puisi-puisi telah menunggu dimusikalisasikan.

Sekali lagi, berhentilah menuliskan kisah, sayang. Aku telah berkelana, menanggalkan masaku dan masamu. 

Senin, 01 Januari 2018

Buku dan Ruh yang Berdiam pada Buku

Ketika aku mendengar kata buku, aku mulai memahami arti menahan nafsu keuangan. Sebab perempuan begitu mudah dilumuri hal-hal baru yang mencengangkan. Kecuali mereka yang ingin hidup dalam lukisan peradaban. Lukisan yang sengaja ia bangun di taman halaman. Bertemu rekan-rekannya yang lebih dulu bersenda gurau dengan awal keberhasilan. 

Buku telah mengajarkan banyak huruf, kata, dan kalimat. Ia adalah bahasa yang terlipat tinta emas dari orang-orang yang mengabarkan kenangan teramat. Ada pula yang mengabarkan sejarah, peristiwa tentang tumbuhnya pemahaman di setiap cerita yang terdengar dari sudut-sudut terlambat. 

Tak jarang orang-orang berjalan beriringan, kemudian buta pada lembaran-lembaran putih yang mulai kotor dengan suci. Tetapi orang-orang memilih menatap dan berlalu pergi. Sementara mereka para pelukis peradaban, berbondong-dondong dalam kepasrahan yang mati. Sebab kami adalah manusia pengais perjalanan abadi. 

Kehadiran buku lahir dari rahim-rahim berbeda. Rahim prematur, rahim normal, rahim terlambat,  bahkan rahim yang kehangatannya biasa. Kemudian pelukis peradaban paling mujur diperkenankan untuk memilih, untuk bercengkerama dengan ruh-ruh yang menentukan arahnya. Suatu jalan yang membawanya pada dunia atau petaka. Peristiwa yang mengajaknya hanya menjadi pembaca tanpa memahami kata.