Kadang berbagi tentang hidup itu perlu, asalkan bermanfaat dan bernilai memotivasi. Meski sebenarnya bingung mau nulis judul apa, tapi tulisan ini akan berkisah tentang seberapa besar sebuah keluarga harus bersabar menanti buah hati.
Perkenalkan, aku perempuan yang tengah mengandung anak pertama, setelah menanti selama 1,5 tahun.
April 2019, aku menikah dengan lelaki yang merupakan teman sekomunitas selama tujuh tahun. Tapi, tidak terbersit satu pikiranpun yang mengajak isi kepalaku bahwa suatu saat kami akan menikah. Pada akhirnya, begitulah jodoh, kami menikah tanpa pacaran, dan mengenal lebih dalam selepas menikah.
Jangan ditanya sering ada masalah atau tidak, sebab semua keluarga, baik lama dan baru, masalah adalah bumbu terbaik untuk mencapai tingkat ibadah pernikahan. Jika mampu menyelesaikan, maka Allah akan naikkan derajatnya.
Kami, adalah sepasang yang dibilang sangat berbeda. Suamiku terlalu santai, dan aku terlalu cekatan, dalam artian aku tidak suka menunda suatu kepentingan yang memang itu harus dikerjakan sebagai suatu kebutuhan. Namun, untuk urusan memiliki buah hati, mungkin aku yang lebih santai. Meski suamiku juga santai, tapi awalnya sempat memiliki keinginan yang lebih. Barulah setelah aku bicara, "bahwa Allah sedang mencari waktu yang tepat untuk menjadikan kita seorang ibu dan ayah. Karena barangkali, ada kisah-kisah kita yang belum dirapikan, sehingga Allah tidak ingin anak kita menanggung beban jika seandainya kita punya salah yang belum kita leburkan."
Hanya saja, suamiku selalu membelaku ketika ada yang bertanya dengan nada dan kalimat yang kurang sopan, seperti, "kok lama sih isinya?" Rasanya pingin kujawab, isi roti atau isi bakwan. Tapi suamiku selalu menjawab, "bisa ditanyakan sama yang membuat hidup."
Pertanyaan ini selalu aku dengar, apalagi setiap pulang ke rumah suami, entah tetangga, entah kerabat, entah saudara, selalu bertanya hal demikian. Tapi kami bodo amat. Ada yang lebih parah, karena pertanyaannya, "apa ga paham cara berhubungan? Kok selama ini?" Hmm, harus ya hal tabu urusan cinta dapur suami istri dipertanyakan?
Kalau di tempat tinggalku, biasanya hanya kujawab, "disuruh pacaran dulu, kan nikahnya ga pacaran." Soalnya dulu pas kami menikah, ada yang sampai ke telinga orang-orang, bahwa kami sudah pacaran lama, sering berduaan. Ada pula yang mengabarkan aku hamil di luar nikah. Nah, bagi yang mengabarkan seperti itu, ketika tanya kenapa aku belum hamil, jawabku, "ntar dikira hamil duluan." Itung-itung sekalian nampar sama omongannya yang ga benar. Hehe.
Singkat cerita, setelah 1,5 tahun menunggu, bulan Oktober 2020 aku dinyatakan hamil, karena haid terakhir bulan September 2020. Banyak yang nanya, amalannya apa, pada intinya sering-sering minta doa sama orang yang tepat, karena siapa tahu, satu di antara mereka doanya dikabulkan Allah swt. Dan yang paling utama adalah, membaca sholawat jibril minimal 100 kali dalam sehari. Sholallah 'alla muhammad, sholallah 'alaihi wasalim. Mudah kan sholawatnya? Sementara yang paling dasar adalah berhuznudzan pada Allah swt. Yakinlah, bahwa Allah memberi nikmat ketika hambanya memang benar-benar siap menerima nikmat. Apalagi nikmat yang bernilai amanah. Sebab syukurnya juga harus berlipat.
Lantas, aku ngapain aja bersama suami nunggu 1,5 tahun? Hmm, banyak hal yang kami lakukan. Dari menyambung silaturahim dengan kerabat-kerabat, sampai merencanakan dan memimpikan kehidupan untuk masa depan. Kan boleh bermimpi, siapa tahu dengan usaha dapat terwujud. Tapi yang lebih penting adalah, menghabiskan waktu untuk piknik cerdas. Kenapa harus cerdas? Biar pikniknya membawa manfaat, bukan madhorot. Seperti kami, yang sukanya piknik ke tempat bersejarah.
Baiklah, mungkin ini sesi #1 dulu. Esok akan ada sesi #2, kelanjutan yang lebih seru. Sebagai penutup, sejak dinyatakan hamil, aku sudah jatuh cinta dengan buah hatiku meski kami belum bertemu. Sepenggal cintaku, telah kurangkum dalam beberapa paragraf yang alhamdulillah menjadi juara II dalam lomba menulis surat untuk calon buah hati yang diadakan oleh @sensitif_id. Selamat membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar